Utara

Arah. Hal yang pertama kali terlintas saat kau menyebutkan utara. Meski pada akhirnya aku sadar, utara yang kau maksud berbeda, tapi perjalanan sudah kita mulai bukan?

Perjalanan yang masih pada tahap awal, dan kita tau masih akan ada banyak hal yang harus kita lakukan. Entah bagaimana perjalanan ini dimulai. Ketidaktahuan menjadikan semuanya lebih menarik bukan. Terkadang akan ada saat lelah, penat, dan gelisah. Tapi kita adalah pemeran utama, tanpa pemeran pengganti. Kita yang harus menjalani lelah, gelisah, sakit hingga menjadi bahagia. Seseorang pernah berkata, ubah lelah menjadi Lillah. Arah yang sama untuk kita bukan?

Bicara, Utara yang kau maksud. Mungkin karena aku sulit berbicara. Cara berkomunikasiku memang tidaklah bagus. Sering kali gagal mengutarakan keinginan hati. Walau terkadang kau marah, tapi terima kasih telah selalu mengingatkan. Akupun sedih dengan kekurangan ini. Semoga itu menjadi amalmu yang membawa keberkahan.

Arah. Arti yang sedari awal aku pahami. Mungkin karena aku dalam perjalanan. Tak hanya aku, kaupun begitu. Kita saat ini di gerbong yang sama dengan tujuan akhir yang serupa. Arah akan menjadi petunjuk agar kita berada di jalur yang tepat. Meski mungkin kadang jalur berubah tapi perjalanan ini selalu ke arah yang sama. Seperti doa kita. Seperti kompas yang selalu menunjuk ke Utara, akupun selalu mengarah kepadamu. Mewujudkan rencana kita.