Ada Untuk Diikhlaskan

Beberapa waktu ke belakang, saya cukup sering mendengar teman yang bercerita tentang masalah yang sedang mereka hadapi. Cukup beragam. Ada yang hanya masalah kecil, sebagian lagi masalah yang cukup pelik. Ada yang melibatkan orang lain, tapi ada juga yang muncul karena diri sendiri. Kemarin, saya bertemu dengan seorang teman yang sudah sangat lama tidak bertemu. Dia tidak datang dengan masalah.

Banyak hal yang telah berubah, tapi tidak dengan teman saya. Selalu menyenangkan bertemu dengan temannya. Banyak hal yang akhirnya kami perbincangkan. Banyak kenangan yang kami tertawakan. Pertemuan ini memang sudah kami rencanakan agar alur cerita lebih mudah kami nikmati. Dia bercerita banyak hal sejak terakhir kali kami bertemu. Dia datang dengan sejuta cerita namun hanya dengan satu rencana. Rencana yang seharusnya juga saya lakukan. Rencana dengan peluang gagal yang menurutnya (juga saya) sangat besar tapi memang harus dilakukan. Ya, dia punya keberanian yang lebih dibandingkan dengan saya. Alasannya sederhana. Agar tak ada penyesalan katanya. Salut. Terkadang saya terlalu logis dalam menilai sesuatu. Sehingga banyak kesempatan yang akhirnya terlewatkan. Mungkin saya telah bersahabat dengan penyesalan.

Teman saya?

Saya hanya menitipkan pesan kepadanya. Beberapa hal memang ada untuk diikhlaskan. Allah lebih tau yang terbaik. Setiap salah atau lupa harus menjadikan kita kembali kepadaNya.